Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2020

[CERPEN] Cerdik Bukan Licik, Tulus Bukan Bulus.

Selain pandai menyimpan dendam, si Elam dikenal pandai menyimpan uang alias menabung dibandingkan anggota keluarga yang lain. Walau hidup susah, Elam selalu memegang erat ajaran gurunya bu Morela yaitu, “Hemat pangkal kaya”. Eh sebentar, nampaknya pepatah ini tidak asing dan sepertinya kurang lengkap. Oh iya, kalimat awalnya sengaja ia abaikan, mungkin karena kata “Kaya” lebih menarik perhatiannya. “Biarlah gak rajin belajar, yang penting pandai berhemat, lagian siapa yang tidak mau jadi kaya? Siapa yang mau hidup susah terus?”, pikirnya. Dia tidak benar-benar memahami pepatah itu seutuhnya, karena otaknya yang begitu cetek. Walaupun begitu, ia memang dikenal pandai berhemat bukan karena ia memiliki banyak uang untuk ditabung, tetapi karena hidup yang susah mengharuskan ia untuk hidup hemat, entah hemat atau kikir beda tipis seperti paman Gober. Tapi minimal ada hal positif yang dia teladani dari paman Gober yaitu hidup hemat, sehingga bisa menabung. Pertanyaannya adalah bagaimana

[CERPEN] Semua Gara-gara Iklan

Hari itu cerah sedikit berawan berbentuk seperti kue serabi, melihat awan saja rasanya sudah kenyang. Entah kerasukan apa, Elam tiba-tiba mengambil gunting dan pergi ke dapur. Di dapur ada nenek dan ibunya sedang mempersiapkan makan siang. Ia ke dapur dengan tergesa-gesa sambil memegang sebuah gunting besar. "Kamu ngapain ke sini bawa gunting?", tanya neneknya sambil melihat gunting di tangannya dengan posisi waspada. Elam dengan mata melotot menghiraukan pertanyaan neneknya. Makin kuatir dengan kondisi cucunya yang memang agak aneh itu, si nenek mendekat ke menantunya, "Kenapa itu si bocah?". "Udah biarin aja nek, paling dia habis kena hipnotis", kata ibunya Elam. Dengan dahi mengerut, si nenek kembali mengupas bawang merah yang sempat membuat matanya berair sambil menghiraukan Elam yang seperti orang kehilangan mencari sesuatu di setiap laci, wadah, lemari, bawah meja, dalam toples, dan sudut-sudut dapur. "Kayaknya aku pernah liat itu barang di dapu

Memberi Kesempatan Pada Mimpi

Photo by  Johannes Plenio  on  Unsplash Berada di periode yang seharusnya memiliki posisi mapan, penghasilan tetap, berkeluarga,  memiliki tabungan dan investasi, dan hal-hal lainnya yang sangat lumrah untuk di kejar di usia ini. Tetapi kenyataannya tidak, ia seperti terdampar menjalani realita yang tidak dibanggakan oleh orang-orang, memulai suatu ketidakpastian yang dibenci oleh sebagian besar orang. Ya usianya hampir 30 tahun, dan ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dengan berbagai macam alasan, padahal sebenarnya ia sendiri sedang mencari alasan mengenai keberadaan dirinya.  Banyak hal yang ia coba, tetapi ia merasa tak ada satupun yang menjadi fokus utamanya. Tahun-tahun hidupnya selama ini banyak ia habiskan untuk mengejar pengakuan orang lain, sampai pada akhirnya ia berada di ujung tebing yang curam dari jalan yang telah ia lalui dengan hanya menyisakan dua pilihan yaitu terjun saja sekalian atau kembali memutar sejenak melalui jalan yang lain. "Apa gak sayang b