3 nov 2011, malam ini wadah ku bernaung beraroma apel, sejuk benar. Sesejuk hatiku setelah melewati hari yang sendu kemarin.
Hari ini aku menyambangi tempat kongkowku di arena kampus. Tempat kumenimba ilmu sekaligus berebut nilai. Tetapi bukan untuk terjun ke kolam ilmu pada dosen. Aku berteduh di Kandang buku barang sebentar sambil menunggu waktu antri ke kolam ilmu. Belum genap waktuku di kos baruku tetapi aku sudah sedikit mengerti peraturan baku di sana. Segera aku berkemas menuju kandang buku.
Sesampainya di sana aku segera meraih "notebook" kesayanganku, sudah hampir 4 tahun ia menemaniku menatap kehidupan. tidak berkecil hati ia melihat generasi2 kaum muda yang lebih canggih, lebih cantik daripadanya. Yang ada di pikirannya kala itu," sudah kusyukuri apa yang kumiliki ini, aku memiliki tuan yang begitu menyayangiku." semoga ia berpikir seperti itu. Sudah sering notebookku ini berkelana menemani kesendirianku, ia saksi nyata hidupku (senang, sedih, jatuh cinta,patah hati) sebab ketika tuannya merasakan sesuatu, segera tuannya meraba2 si notebook dan memberinya makan sesuai perasaan tuannya ini, padahal mungkin belum tentu si notebook doyan akan makanan yang diberi tuannya. Tetapi apa daya, si notebook hanya pasrah ketika jari jemari tuannya berkuasa atasnya. Mungkin jika si notebook bertemu dan memiliki kesempatan berbincang2 dengan jin botol dan diberi 3 permintaan, pastilah si notebook meminta 3 kaki pada sang jin botol agar bisa lari menjauh dari tuannya. Tetapi sekali lagi, ia tak akan mungkin bertemu bahkan berbincang dengan jin botol. Karna ia tahu, tuannya lebih sangar dari jin botol ataupun jin pohon sekalipun.
Satu hal yang paling kugemari adalah menulis. Jika terkadang kata2 yang keluar dari mulut tak mampu kuutarakan maka menulis adalah solusi yang tepat untuk merangkul apa yang kurasakan. Kutuliskan semua perasaanku di tempat sampah internet yang orang banyak sebut "Blog", tempat sampah yang tepat untuk membuang segala rasa di dada, di hati tapi jangan dari lambung karena blog ini berbeda dengan -maaf-"jamban". Tetapi mungkin kesalahanku membagikan hal2 ini pada 2 orang wanita licik picik yang tak lain dan tak bukan adalah sohibku sendiri. Seharusnya sudah sejak lama, tak usah aku mengumbar hal2 yang menyedihkan dari hidupku pada mereka karena otak mereka yang licik dengan sigap mengubah duka itu menjadi aib. Entahlah, karna rasa persahabatan kami yang kental atau hanya karna aku tak mau menambah masalah, maka aib itu menjadi topik kami dalam meramu humor superheboh yang mampu merusak setiap sendi lambungmu kawan. Aku mengabaikan olok2an 2 wanita ini dan menganggap hal ini sebagai humor belaka. Tetapi rupanya, humor bersama kawan2 ku itu merupakan obat ampuh dalam mengusir kegundahgulanaanku. Terimakasih kawan, lain kali tunggu pembalasanku. :P
Komentar
Posting Komentar