Langsung ke konten utama

Sampai pada waktunya nanti, aku akan menunggu

Melanjutkan cerita perjalanan singkat..

maret 2012

Awal kuliah bahkan sampai sekarang aku merasa desperet, apa maksud Tuhan dengan kondisiku seperti ini. Sendirian, merasa tidak ada yang mencintaiku, aku merasa diri paling jelek sedunia, miris dengan label "Wanita malang yang belum pernah pacaran barang sekali". Aku lihat saudara-saudaraku, teman2,  mereka mudah sekali bergonta-ganti pacar, aku melihat orang lain lebih beruntung dengan memiliki orang yang bisa saling menyayangi.

Temenku cuma buku, tugas kuliah, pelayanan KTB, TPS, bahkan pernah aku melakukan semuanya bersungut-sungut krn aku merasa Tuhan tidak melihat kebutuhanku untuk disayangi o/ seseorang. Sampai suatu waktu, aku membaca sebuah buku unik dan menyentuh yaitu "Tuhan masih menulis cerita cinta" oleh Grace Suryani  & Steven Halim. Aku akhirnya merasa seharusnya aku dari dulu peka sama cinta sejatiku yaitu "Tuhan Yesus", aku menyadari waktuku sekarang ini adalah waktuku dibentuk dan diproses menjadi mempelaiNya. Aku harus mencintai Tuhan Yesus terlebih dahulu baru aku bisa mencintai orang lain, aku merasa banyak hal dalam diriku yang harus diubah.

Aku jadi sadar kalau selama ini Allah membentukku untuk semakin mengenalNya. Untuk itulah sekarang doaku adalah
"Tuhan, jikalau sekarang bukan saatnya maka jadilah sesuai rencanaMu saja. Biarlah waktu sekarang aku menikmati cintaMu yang sempurna dalam hidupku, hingga suatu saat nanti jikalau Kau sudah tetapkan aku yang mungkin sudah cukup mampu untuk membagikan cintaMu itu pada seseorang, yang sudah Engkau sediakan bagiku untuk bersama-sama hidup memuliakan namaMu. Itulah kebahagiaanku di dalam Engkau ".

Jadi dimana pun engkau berada, apapun yang engkau kerjakan di dalam Tuhan, hai belahan jiwaku, aku akan selalu ada untuk menunggumu dan mendoakanmu sampai suatu hari nanti Allah mempertemukan kita berdua. KasihNya tak pernah terlambat. Semangat terus ya. Amin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tidak Pernah Sama

 Hidup itu tidak pernah sama, miliaran orang di muka bumi ini memiliki jalan kehidupannya masing-masing. Memiliki pilihan masing-masing. Tidak pernah akan sama. Kenapa ya ketika melihat kehidupan orang lain, aku selalu merasa ingin merasakan menjadi seperti mereka. Setiap hari aku selalu bertanya di dalam kepala dan benakku, kenapa jalan hidupku seperti ini. Kenapa aku tidak bisa seperti orang-orang pada umumnya yang sepantaran usianya sepertiku. Di usiaku ini seharusnya aku sudah memiliki pekerjaan mapan, menikah, menyenangkan orang tua dan keluarga. Tetapi aku belum bisa. Terkadang aku merasa gagal, apa yang telah kulakukan selama ini? Kenapa jalan-jalan yang kupilih rasanya jauh dan lambat.  Kita seharusnya tidak membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain, kita harus bersyukur untuk apapun yang kita miliki. Ya aku setuju, tetapi kenapa ya aku selalu saja tergoda untuk memimpikan kehidupan orang lain. Andai saja aku seperti dia, andai saja aku memilih jalan seperti di...

Free from Earning God's Love

Maybe we grew up being taught that God would love us more if we did something or we didn't do something. Such as, God will love us more if we do good to everybody. But the truth is God doesn't love us more if we re never been addicted to drugs, or if we've never slept around or never had an abortion, God doesn't love us more than the people who have done all those things.  He doesn't love us more because we give generously, or we are a great leader or we re a best employee or a gifted teacher, or we scored the most points. We re free from earning God's love. When we begin to understand his love and acceptance, it releases us from fearing what other people think.  Just come boldly to Him by His Grace as he said, Come to me, all you who are weary and burdened, and I will give you rest. Take my yoke on you and learn from me, because I am gentle and humble in heart, and you will find rest for your souls. For my yoke is easy to bear, and my load is not har...

Rintihan Notebook

3 nov 2011 , malam ini wadah ku bernaung beraroma apel, sejuk benar. Sesejuk hatiku setelah melewati hari yang sendu kemarin. Hari ini aku menyambangi tempat kongkowku di arena kampus. Tempat kumenimba ilmu sekaligus berebut nilai. Tetapi bukan untuk terjun ke kolam ilmu pada dosen. Aku berteduh di Kandang buku barang sebentar sambil menunggu waktu antri ke kolam ilmu. Belum genap waktuku di kos baruku tetapi aku sudah sedikit mengerti peraturan baku di sana. Segera aku berkemas menuju kandang buku. Sesampainya di sana aku segera meraih "notebook" kesayanganku, sudah hampir 4 tahun ia menemaniku menatap kehidupan. tidak berkecil hati ia melihat generasi2 kaum muda yang lebih canggih, lebih cantik daripadanya. Yang ada di pikirannya kala itu," sudah kusyukuri apa yang kumiliki ini, aku memiliki tuan yang begitu menyayangiku." semoga ia berpikir seperti itu. Sudah sering notebookku ini berkelana menemani kesendirianku, ia saksi nyata hidupku (senang, sedih, jatuh...