Langsung ke konten utama

Gula, Asam, Garam, Kopi

Aku sadar ketika memberi nama blog ini.. sebenarnya hidupku tak semanis nama blog ini. Hidupku cukup berat, sama seperti semua orang pada umumnya. Ada saat dimana aku senang, aku putus asa, menyerah, payah sekali ya.

Di dalam cangkir ini, tidak semuanya gula, ada asam, ada juga garam, ada juga kopi pait. Ini adalah kondisi aku sangat meratapi kemalanganku. Mmm aku merasa dulu hidupku baik-baik saja. Waktu terus berjalan dan usiaku bertambah terus, dan saat inilah aku merasa hidupku berhenti sejenak.

Perasaan takut yang dulu tersembunyi, sekarang satu per satu muncul. Rasanya sekarang aku ingin menangis sejadi-jadinya sama seperti waktu aku kecil dulu. Terlalu banyak yang ingin kusesali. Sekarang aku stuck. Mengakhiri hidup? ini hanya masalah kecil. Tetapi melanjutkannya terasa amat berat.

Dulu aku cukup mampu mengerjakan semuanya, Ujian2 kulewati bahkan aku tidak curang sedikitpun. Tetapi kenapa sekarang aku seperti anak anjing? bodoh sekali rasanya.
Aku gak bisa bangkit lagi. aku hanya berputar-putar.

Melihat orang lain bisa melewati masa kritis yang sama denganku, rasanya iri. Tetapi setelah itu aku bisa apa. aku hanya bisa diam terpaku. Aku sangat mengasihani diriku.

Perasaan menyerah ini muncul lagi, rasanya ingin sekali mem-PAUSEkan sejenak. Aku lelah. Aku bingung. Aku harus ngapain?

mmmm..Aku hanya perlu bertahan dan maju, tak peduli kata orang... Kekuatan yang menopangku dari belakang lebih kuat daripada tantangan di depan ini.  :')

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tidak Pernah Sama

 Hidup itu tidak pernah sama, miliaran orang di muka bumi ini memiliki jalan kehidupannya masing-masing. Memiliki pilihan masing-masing. Tidak pernah akan sama. Kenapa ya ketika melihat kehidupan orang lain, aku selalu merasa ingin merasakan menjadi seperti mereka. Setiap hari aku selalu bertanya di dalam kepala dan benakku, kenapa jalan hidupku seperti ini. Kenapa aku tidak bisa seperti orang-orang pada umumnya yang sepantaran usianya sepertiku. Di usiaku ini seharusnya aku sudah memiliki pekerjaan mapan, menikah, menyenangkan orang tua dan keluarga. Tetapi aku belum bisa. Terkadang aku merasa gagal, apa yang telah kulakukan selama ini? Kenapa jalan-jalan yang kupilih rasanya jauh dan lambat.  Kita seharusnya tidak membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain, kita harus bersyukur untuk apapun yang kita miliki. Ya aku setuju, tetapi kenapa ya aku selalu saja tergoda untuk memimpikan kehidupan orang lain. Andai saja aku seperti dia, andai saja aku memilih jalan seperti di...

Free from Earning God's Love

Maybe we grew up being taught that God would love us more if we did something or we didn't do something. Such as, God will love us more if we do good to everybody. But the truth is God doesn't love us more if we re never been addicted to drugs, or if we've never slept around or never had an abortion, God doesn't love us more than the people who have done all those things.  He doesn't love us more because we give generously, or we are a great leader or we re a best employee or a gifted teacher, or we scored the most points. We re free from earning God's love. When we begin to understand his love and acceptance, it releases us from fearing what other people think.  Just come boldly to Him by His Grace as he said, Come to me, all you who are weary and burdened, and I will give you rest. Take my yoke on you and learn from me, because I am gentle and humble in heart, and you will find rest for your souls. For my yoke is easy to bear, and my load is not har...

Rintihan Notebook

3 nov 2011 , malam ini wadah ku bernaung beraroma apel, sejuk benar. Sesejuk hatiku setelah melewati hari yang sendu kemarin. Hari ini aku menyambangi tempat kongkowku di arena kampus. Tempat kumenimba ilmu sekaligus berebut nilai. Tetapi bukan untuk terjun ke kolam ilmu pada dosen. Aku berteduh di Kandang buku barang sebentar sambil menunggu waktu antri ke kolam ilmu. Belum genap waktuku di kos baruku tetapi aku sudah sedikit mengerti peraturan baku di sana. Segera aku berkemas menuju kandang buku. Sesampainya di sana aku segera meraih "notebook" kesayanganku, sudah hampir 4 tahun ia menemaniku menatap kehidupan. tidak berkecil hati ia melihat generasi2 kaum muda yang lebih canggih, lebih cantik daripadanya. Yang ada di pikirannya kala itu," sudah kusyukuri apa yang kumiliki ini, aku memiliki tuan yang begitu menyayangiku." semoga ia berpikir seperti itu. Sudah sering notebookku ini berkelana menemani kesendirianku, ia saksi nyata hidupku (senang, sedih, jatuh...