Langsung ke konten utama

Cepat Bosan Vs Suka Mencoba Hal Baru

         Terdapat perbedaan yang amat tipis antara cepat bosan dan suka mencoba hal-hal baru. Cepat bosan karena berbagai alasan termasuk di dalamnya karena ingin mencoba hal-hal baru. Cepat bosan bisa menjadi monster yang berbahaya kalau tidak segera disadari. Mengapa? karena ia membuat kita tidak mencerna apa yang kita pelajari sehingga apa yang masuk akan segera keluar tanpa menghasilkan sesuatu bagi diri kita.
          Saya adalah orang yang bisa dimasukkan kedalam kategori di atas, cepat bosan dan suka mencoba hal-hal baru. Saking semangatnya sampai susah membedakan kedua hal ini. Contohnya dalam hal menulis, aktivitas ini tidak bisa hanya sebatas niat, tetapi perlu proses dan kesediaan untuk diproses di dalamnya. Banyak ide di pikiran tapi karena perasaan cepat bosan alias malas diproses (didalamnya ada ketekunan dalam menuangkan kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf, plot demi plot, siomay demi siomay...oppss hahaha). Menulis memang harus dipaksa, walaupun mungkin sedang tidak ada mood untuk menulis, minimal menuangkan isi pikiran, apapun itu. Sejak pandai membaca dan menulis saya suka menulis buku diari, dari SD sampai SMP, SMA mulai bikin jurnal harian yang lebih teratur, sampai saat ini. Mencatat adalah hobiku, tidak heran saya memiliki banyak buku catatan tapi sayangnya pengarsipannya kurang teratur sehingga tidak begitu terawat. Suatu saat saya akan membeli kotak khusus untuk menyimpannya.
         Setiap mau menulis, rasanya pengen tulis ini dan itu, tetapi ketika belum selesai bahas satu topik, rasanya sudah bosan dan ingin berpindah ke topik lainnya. Ah menyebalkan kalo rasa bosan ini sudah mulai menyerang, padahal seninya menulis juga terletak di sini, belajar sabar merangkai kata, cara ini cukup untuk menjadi sarana terapi emosi dan penguasaan diri. Tidak semua orang suka menulis tapi semua orang hampir bisa menulis kan? menulis menolong seseorang berekspresi misalnya lewat jenis font tulisannya, Kalo marah tulisannya gak jelas, kalo senang, tulisannya lepas, bebas, merdeka, Indonesia Jaya. Belum lagi apa yang dirasakan dituangkan di situ.
         Saya memutuskan untuk terus menulis, karena kebiasaan menulis itu mengajari saya banyak hal. Saya banyak merenung, evaluasi, dan memperhatikan apa yang ada di sekeliling saya, lalu merangkainya lewat kalimat-kalimat. Kata para Penulis senior, Menulis itu selalu terdiri dari 3 tahap, Pembuka, isi, penutup. Ekspresikanlah setiap tahap ini dengan bentuk yang selalu segar. Susah, dan tidak bisa hanya dilakukan sekali saja, butuh berkali-kali gagal, nah belajar lagi kan supaya membiasakan diri tidak takut gagal. Sekali lagi menulis merupakan aktifitas yang menyenangkan. Menulis tentu temannya membaca, perlu membiasakan diri dengan banyak membaca, dengan begitu kita bisa mencari inspirasi dari penulis-penulis yang lebih berpengalaman, itu memperlengkapi kita.

Selamat Menulis "kembali" ya diriku

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tidak Pernah Sama

 Hidup itu tidak pernah sama, miliaran orang di muka bumi ini memiliki jalan kehidupannya masing-masing. Memiliki pilihan masing-masing. Tidak pernah akan sama. Kenapa ya ketika melihat kehidupan orang lain, aku selalu merasa ingin merasakan menjadi seperti mereka. Setiap hari aku selalu bertanya di dalam kepala dan benakku, kenapa jalan hidupku seperti ini. Kenapa aku tidak bisa seperti orang-orang pada umumnya yang sepantaran usianya sepertiku. Di usiaku ini seharusnya aku sudah memiliki pekerjaan mapan, menikah, menyenangkan orang tua dan keluarga. Tetapi aku belum bisa. Terkadang aku merasa gagal, apa yang telah kulakukan selama ini? Kenapa jalan-jalan yang kupilih rasanya jauh dan lambat.  Kita seharusnya tidak membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain, kita harus bersyukur untuk apapun yang kita miliki. Ya aku setuju, tetapi kenapa ya aku selalu saja tergoda untuk memimpikan kehidupan orang lain. Andai saja aku seperti dia, andai saja aku memilih jalan seperti di...

Maafkan Aku, Diriku

Maafkan aku ya diriku, aku terlalu pengecut sehingga aku lebih memilih melarikan diri dan bersembunyi. Aku merasa sebuah proses begitu melelahkan, padahal aku membutuhkannya. Aku terlalu terlena mencari kenyamanan diri, sehingga aku lupa bahwa hidup tidak selalu indah seperti foto/video yang dishare di media sosial. Aku lupa bahwa hidup itu bukan media sosial. Aku terlalu sibuk merapikan yang di luar, aku lupa untuk mengasah apa yang ada di dalam. Maafkan aku ya diriku, aku lebih suka mendengar apa kata orang daripada apa yang benar untuk dilakukan sehingga aku membuatmu terombang-ambing. Membuatku terkurung pada pikiran-pikiran sempit dan berjalan pada lorong sempit yang dilewati oleh kebanyakan orang. aku lupa bahwa aku perlu keluar lorong untuk melihat langit dan padang rumput yang luas. Apa sebenarnya yang kucari? apa sebenarnya yang kuinginkan? apa yang benar-benar aku butuhkan? apa sebenarnya yang membuatku seolah terburu-buru dalam menjalani kehidupan. Tak pernah aku melihat tah...

[CERPEN] Cerdik Bukan Licik, Tulus Bukan Bulus.

Selain pandai menyimpan dendam, si Elam dikenal pandai menyimpan uang alias menabung dibandingkan anggota keluarga yang lain. Walau hidup susah, Elam selalu memegang erat ajaran gurunya bu Morela yaitu, “Hemat pangkal kaya”. Eh sebentar, nampaknya pepatah ini tidak asing dan sepertinya kurang lengkap. Oh iya, kalimat awalnya sengaja ia abaikan, mungkin karena kata “Kaya” lebih menarik perhatiannya. “Biarlah gak rajin belajar, yang penting pandai berhemat, lagian siapa yang tidak mau jadi kaya? Siapa yang mau hidup susah terus?”, pikirnya. Dia tidak benar-benar memahami pepatah itu seutuhnya, karena otaknya yang begitu cetek. Walaupun begitu, ia memang dikenal pandai berhemat bukan karena ia memiliki banyak uang untuk ditabung, tetapi karena hidup yang susah mengharuskan ia untuk hidup hemat, entah hemat atau kikir beda tipis seperti paman Gober. Tapi minimal ada hal positif yang dia teladani dari paman Gober yaitu hidup hemat, sehingga bisa menabung. Pertanyaannya adalah bagaimana ...