Citra diriku pelan-pelan dipulihkan, Thank God you are not giving up to me. Wajah Cuek dan jutek ini bukan berarti aku tidak mau bersosialisasi dengan orang lain, itu hanya bentuk pertahanan diri yang bertujuan agar luka hatiku tidak diusik dan tidak terulang lagi. Sebenarnya aku suka memperhatikan orang lain walaupun dari jauh, aku ingin dekat dengan orang lain, tetapi seringkali itu hanya terealisasi sebatas niat. Selalu ada ketakutan, entah takut ditolak, takut gagal dan takut jika pada akhirnya akan ditinggal sendiri lagi, seperti pengalaman yang sudah-sudah. Jadi bagiku, daripada aku memulai hubungan erat dengan orang lain yang pada akhirnya saja aku akan berpisah dengan mereka, lebih baik aku hidup sendiri sekalian.
Aku bersahabat karib dengan ketakutan, walaupun orang lain mungkin melihatku sebagai pribadi yang berani dan mandiri dan hangat. Tapi sesungguhnya aku tidak sekuat itu. Sering aku mengurung diri dan meratapi kegagalanku. Aku bahkan bisa sangat melankolis menanggapi ketakutan-ketakutan tersebut sepanjang hari bahkan berhari-hari. Aku sering selalu merasa sendiri, di dalam hati selalu terngiang-ngiang bahwa aku tidak layak, aku tidak layak. Itu membuatku akhirnya suka membanding-bandingkan diriku dengan orang lain, apakah benar aku tidak selayak itu? Aku melihat banyak orang lain yang tidak sebaik dan sepandai diriku, aku menjadi sombong di dalam hati untuk menutupi ketakutanku tersebut.
Aku lupa bahwa ada pribadi yang tak pernah meninggalkanku, Pribadi yang begitu kokoh dan Setia. Pribadi yang begitu lembut tetapi juga tegas. Pribadi yang selalu memelukku dengan lembut. Sampai pada titik aku menyadari bahwa aku tak butuh semua yang ada di dunia, aku tak butuh kekayaan, aku tak butuh kehormatan, aku tak butuh kenyamanan, aku tak butuh passion, aku tak butuh Pasangan hidup yang selalu aku bayang2kan agar aku merasa penuh, Aku hanya butuh Pribadi yang satu ini, Pribadi yang menjadi sumber air kehidupanku, yang selalu memancar saat rohku menyala-nyala ataupun kering. Pribadi yang seharusnya berdaulat penuh dalam hidupku, pribadi yang seharusnya berkuasa di dalam tahta hatiku, tetapi karena aku orang bodoh yang sok-sok-an mampu menyelesaikan semuanya tp beberapa waktu kemudian terserang stress akut dan menerima kenyataan bahwa segala sesuatu yang kubangun langsung runtuh karna angin malam. Seperti anak kecil yang ingin membuat susunya sendiri tapi pada akhirnya tidak meminum susu itu karena rasanya tidak enak. Oh GOD, I N E E D Y O U more than anything in this world. Aku mengakui bahwa aku membutuhkanMU. Aku tak mau sok-sokan lagi, aku tak mau mencoba-coba hidupku dengan egoku. I let God Writes my story. Aku tidak ingin menjadikan Allah hanya sebagai editor lagi, tetapi aku ingin Allah saja yang menjadi author.
Mengerikan sekali hidupku tak mampu aku menghadapinya, aku malu aku marah aku sedih luar biasa, teramat sangat mengerikan tetapi Engkau Pribadi yang ikut merasakannya, bahkan sewaktu Kau di dunia, kisahMu lebih mengerikan daripada hidupku, Semua itu Engkau lakukan agar aku tidak patah semangat dan putus asa. Engkau ijinkan agar yang kulalui itu menjadi buah kebenaran yang membawa damai.
Aku sangat bersyukur Allah tidak menyerah terhadap kebebalan ku, bahkan ketika aku sering gagal.
Komentar
Posting Komentar