Langsung ke konten utama

Pernahkah kamu ?

Aku aja atau banyak orang juga yang merasakan yang kurasakan ya ? Jadi gini, pernah gak sih kamu ingin melakukan sesuatu yang kamu suka tapi kamu ragu, kuatir kamu tidak konsisten melakukannya, kuatir kamu gagal, kuatir karena keterbatasan kamu, bla..bla..bla yang tidak bisa kujelaskan dengan kata-kata. Aku sering melakukannya, buktinya banyak draft menumpuk yang tidak berani aku publish karena aku selalu merasa kurang dengan apa yang kupikirkan dan kulakukan, dan sepertinya lebih baik kekuranganku kusimpan untuk konsumsi pribadi saja, walaupun sebenarnya gak penting juga sih karena paling yang sering baca blogku ya aku sendiri, hahaha.

Pernah juga gak sih kamu merasa usia terus bertambah tapi kok rasanya gak banyak hal yang sudah kamu lakukan dengan benar ? Seharusnya di usiamu sekarang kamu sudah menikah dan punya anak tapi nyatanya belum. Kamu terkurung pada perasaan rendah diri dan merasa tidak ada orang yang ingin memilikimu, lalu kamu berpikir sepertinya aku lebih cocok hidup soliter alias sendiri. Toh sekarang kan makin banyak orang yang enggan hidup dalam sebuah ikatan atau komitmen. Daripada bikin dosa mending hidup sendiri aja, daripada bersama tapi tidak ada status. Ngomong doang mudah ya kan, apalagi mood lagi bagus buat nulis, tapi tidak bisa dipungkiri ada waktu-waktu kritis tertentu dimana pasti juga merindukan kasih sayang... unch..unch..

Kamu merasa sebagai orang yang malang di dunia, kamu sendiri, kurang perhatian, tidak pandai bergaul seperti orang lainnya, usiamu makin bertambah, seharusnya kamu sekarang memiliki posisi sebagai seorang manager atau minimal supervisor tetapi kenyataannya kamu hanya seorang karyawan biasa yang selalu dimanfaatkan oleh orang-orang di sekitarmu karena entah kamu terlalu polos atau memang bodoh. Keberuntungan sepertinya menjauh darimu ketika kamu memulai sebuah ambisi dan tekad, tapi entah kenapa kemujuran datang di saat yang tidak kamu sangka, tapi itu sangat jarang terjadi.

Kamu sering tergoda untuk melihat kesuksesan orang-orang yang kamu kenal, baik sodara ataupun temanmu. Kamu mulai penasaran dalam pikiranmu, kenapa mereka bisa mencapai itu semua padahal dahulu mereka tidak lebih baik dari kamu. Lalu dalam hatimu, kamu mulai membenci dirimu sendiri, kamu merasa sepertinya selama ini kamu telah mengambil jalan yang salah. Entah kamu sadar atau kamu sedang kesurupan, tetapi membandingkan dirimu dengan orang lain rasanya entah kenapa terasa nikmat dan bikin nagih, kayak gak ada habisnya. Kamu bisa memikirkanya berhari-hari, dan kamu makin membenci dirimu sendiri. Kamu menjadi buta karena melihat kesuksesan hidup orang lain, sedangkan kamu sendiri merasa tidak berdaya dengan kondisi dirimu sendiri.

Pada titik kritis tertentu aku merasakan berbagai variasi pikiran dan kegelisahan, contoh-contoh di atas hanya sebagian kecil yang aku pernah rasakan. Banyak hal gila lainnya yang sempat terlintas di benakku. Membuatku depresi, sangat depresi. Sering aku merasa dan bertanya, "Apa sebenarnya yang kulakukan di sini?", "Apakah ini adalah hal yang benar-benar ingin kulakukan?", "Bisakah aku melakukan yang benar-benar aku suka?". Tetapi pada akhirnya aku hanya akan mengabaikannya dan tetap melakukan semuanya hingga titik batas kemampuanku. Aku tidak menyangka aku bisa bertahan sampai detik ini. Itu sangat jelas sekali bukan kekuatan yang berasal dari diriku. Aku yakin sekali ada kekuatan di luar diriku yang berjuang agar aku tetap "Keep running no matter what!"

Aku banyak mendengar nasihat-nasihat, kata-kata motivasi, kata-kata penyemangat, tapi tidak bisa kupungkiri aku tetap merasa rapuh. Apalagi kalau aku tidak pernah sama sekali mendengarkannya, mungkin saat ini aku sudah melakukan banyak keputusan yang bodoh. Pernah gak sih kamu merasa di usiamu saat ini seharusnya kamu lebih dewasa dan matang. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya, kamu merasa kekanak-kanakan. Kamu selalu merindukan saat masa anak-anak, tapi kamu sekarang secara fisik bukan anak-anak lagi. Sikap caper khas anak-anak muncul di usia dewasa dengan nama "mencari pengakuan", bedanya apa dengan capernya anak-anak? dilakukan secara elegan oleh para orang dewasa. Intinya sih tetap seperti anak-anak.

Di awal tulisan ini aku sempat bertanya tentang keinginan yang kamu ingin lakukan tapi kamu ragu kan ? Iya akupun begitu, apa aku bisa hidup dengan melakukan apa yang aku suka? Aku tetap butuh uang, aku tetap harus bisa hidup. Jadi rencanaku begini, aku akan tetap bekerja untuk waktu tertentu sambil memikirkan dengan matang apa yang sebenarnya ingin kulakukan sepanjang hidupku ? Aku akan menabung uang dan pengalaman, kalau bisa aku akan memiliki pendapatan pasif, sehingga aku akan punya waktu untuk melakukan apa yang aku sangat ingin lakukan dan aku akan lakukan sepanjang sisa hidupku nanti. Aku tidak yakin, tapi inilah rencana yang ada di benakku saat ini. Mari kita jalani dan kita lihat kemana arahnya ini semua.

Periuk, 5 Jan 2020
Rest







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Miracle Weapon I Have

     Kamis malam lalu orangtua berkunjung ke kota kecil yang sejuk ini. Senang karena punya quality time dengan mereka. Ada sedikit perubahan. Aku sudah mulai tidak kekanak-kanakan dalam menanggapi kata-kata orang tuaku ataupun adikku, ya masih lah sedikit (maklum namanya juga keluarga). Secara tidak langsung aku merasakan sendiri investasi waktuku untuk bertumbuh baik dalam hal rohani dan karekter, dan aku senang.       Mamah adalah orang yang baik, rajin dan ramah walaupun dia selalu dikelilingi oleh pikiran negatifnya tentang apapun, tetapi no worry, because nobody is perfect, right? Papah adalah seorang yang kaku tetapi moderen, dia cukup gengsi dan keras kepala, tetapi dia adalah seorang pekerja keras dan cukup waras pikirannya. Adikku perpaduan antara keduanya.hahaha. Tetapi yang membuatku bangga dan bersukacita lagi adalah kedua orang tuaku dan adikku selalu terbuka terhadap Firman Tuhan dan rindu untuk terus memuji dan mengucap syukur pada All...

Sekolah Sepi #2

Aku merasa semua memori menyerangku bertubi-tubi ketika aku menginjakkan kaki tepat di gerbang sekolah dasarku dulu. Gerbang yang sebenarnya dulu jarang aku lewati karena selama bersekolah di situ aku selalu datang terlambat jadi selalu lewat gerbang belakang dan bersiap untuk menerima hukuman dari guru. Hampir semua jenis hukuman sudah aku rasakan, mulai dari yang ringan hanya berdiri dengan posisi hormat di depan tiang bendera. Sampai saat ini aku masih bertanya-tanya kenapa harus ada hukuman seperti itu, aku tidak merasakan ada sesuatu yang aku harus pelajari selain menggerutu karena kepanasan dan lengan yang lelah. Atau hukuman menjadi pemimpin senam di depan, awalnya aku malu tetapi hukuman ini lebih berfaedah, selain aku menjadi lebih sehat, aku juga kecipratan menjadi terkenal saat itu. Atau membersihkan taman sekolah dari sampah dan rumput liar. Atau membersihkan toilet umum sekolah yang tidak perlu ditanyakan kondisinya yang sangat memprihatinkan, aku sering kehilangan selera ...

Free from Earning God's Love

Maybe we grew up being taught that God would love us more if we did something or we didn't do something. Such as, God will love us more if we do good to everybody. But the truth is God doesn't love us more if we re never been addicted to drugs, or if we've never slept around or never had an abortion, God doesn't love us more than the people who have done all those things.  He doesn't love us more because we give generously, or we are a great leader or we re a best employee or a gifted teacher, or we scored the most points. We re free from earning God's love. When we begin to understand his love and acceptance, it releases us from fearing what other people think.  Just come boldly to Him by His Grace as he said, Come to me, all you who are weary and burdened, and I will give you rest. Take my yoke on you and learn from me, because I am gentle and humble in heart, and you will find rest for your souls. For my yoke is easy to bear, and my load is not har...