Langsung ke konten utama

Aku Hanya Ingin Hidup seperti Ini

Untuk saat ini yang kutunggu-tunggu itu adalah sabtu off dari kerjaan, aku bisa tidur seharian, gak pegang HP seharian, idle mode all day. The sweetness of doing nothing, kalo kata orang ya. Itu nikmat banget. Gak mikirin kompetisi dengan orang lain, gak mikirin harus ini dan itu. Itu nikmat banget. Masa yang paling enak dalam hidup ini ya pas waktu jadi bayi, gak mikir apa-apa. Kalo lapar ya nangis, kalo eek ya nangis, kalo gatel ya nangis, kalo panas ya nangis, pengen apa-apa ya nangis. Bagi bayi, nangis itu penting. itu semacam cara yang paling efektif untuk menginginkan sesuatu. Enak kan, cuma nangis dan semua orang jadi sibuk untuk memperhatikan.
Tp sekarang usiaku udah mau 30 aja, dan nangis tetap cara yang paling efektif tp bedanya sekarang gak ada yang peduliin sih haha, tapi minimal aku merasa lega setelah nangis. Kadang bingung mau ngomong apa, cuma pengen nangis aja, nangisin kehidupan ini, terus lanjut lagi, terus nangis lagi, ya lumayan kasih kekuatan buat menghadapi esok hari. Aku yakin tiap orang punya peperangannya sendiri, terutama dengan diri sendiri. Dulu aku orang yang cukup ambisius walaupun otakku terbatas. Aku bukan orang yang pintar, cuma 1 kepintaranku, aku pintar berkhayal. Aku sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, dan aku sering juga menyalahkan hal-hal di luar diriku. Padahal sebenarnya aku hanya kecewa dengan diriku yang sangat terbatas. Aku sering melihat betapa baiknya dan enaknya menjadi orang lain. Hal ini membuat aku bertahun-tahun tidak bisa berdamai dengan diri sendiri, bahkan sampai detik ini aku masih sulit untuk berdamai. 

Aku tau aku harus menerima diri sendiri, aku tau aku harus berdamai dengan diriku sendiri, aku tau aku harus bersahabat dengan diriku sendiri. Tetapi hal ini tidak mudah bagiku, butuh waktu lama untuk menjadi ramah bahkan dengan diri sendiri. Meskipun aku berusaha untuk bersahabat dengan diri sendiri, tetapi tetap saja aku merasa perasaan-perasaan negatif merasuki diriku. Aku memiliki beberapa teman kuliah dulu di FB, aku lihat update mereka di timeline, salah satu teman menjadi seorang manager di perusahaan bagus. Perasaan yang aku inginkan adalah aku ingin berbahagia untuk pencapaiannya, aku ingin ikut bersukacita juga. Tetapi aku tidak bisa mengabaikan perasaan lain yang muncul juga yaitu IRI. Aku benci dengan perasaan yang satu ini, karena perasaan ini membuat aku menjadi berselisih dengan diri sendiri (lagi). Perasaan ini menghidupkan kembali ambisi untuk menuntut diri dengan keras. Perasaan ini mempermalukan diriku sendiri. Perasaan ini membandingkan hidupku dengan hidup orang lain bahkan hidup temanku sendiri. Perasaan ini membangun perasaan sentimental dan prasangka yang tidak penting. 

Perasaan ini berusaha untuk menjatuhkanku (lagi) pada ambisi yang keliru. Ambisi yang aku ingin tinggalkan sejak dulu kala. Aku tidak ingin berkompetisi dengan orang lain. Aku tidak ingin menuntut hidupku dan jiwaku dengan standar orang lain. Aku tidak ingin mencambuk diriku agar dihormati dan disegani orang lain. Aku tidak ingin hidup seperti itu. Aku hanya ingin hidup yang sederhana, menikmati segala sesuatu secara sederhana. Menjadi sahabat dan orang yang bisa dipercaya oleh siapa saja. Aku tidak ingin menjadi pusat perhatian. Aku hanya ingin menolong orang lain. Aku hanya ingin lebih santai menikmati hidup ini. Tidak kuatir dengan pencapaian-pencapaian hidup untuk aku ceritakan kepada orang lain, tidak kuatir dipandang remeh oleh orang lain, tidak kuatir jika tidak memiliki apa-apa. Tidak kuatir akan apapun. Memegang apa yang penting dalam hidup ini yaitu memiliki hidup yang berguna. Itu saja, sesederhana itu. 


Tetapi hidup tidak pernah sesederhana itu, terlalu banyak variabel dan atribut yang perlu diperhatikan. Apa yang harus aku lakukan ? Tetap menjadi sederhana dalam dunia yang kompleks ini. tetap mengejar apa yang benar dan tepat. Tetap menjadi cerdik seperti ular, dan tulus seperti merpati. Semangat jiwaku, kita pasti bisa. Wahai perasaan iri, kami mengasihimu, seberapa kuat kau menipu kami, kami akan selalu berusaha untuk bertahan, karena kami terlalu lelah mengikuti apa maumu. Jiwaku, kita memiliki rencana yang sudah Ia tetapkan untuk kita jalani, kita memiliki timeline kita sendiri, ingatkan aku untuk tidak membandingkan diri dengan orang lain ya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Miracle Weapon I Have

     Kamis malam lalu orangtua berkunjung ke kota kecil yang sejuk ini. Senang karena punya quality time dengan mereka. Ada sedikit perubahan. Aku sudah mulai tidak kekanak-kanakan dalam menanggapi kata-kata orang tuaku ataupun adikku, ya masih lah sedikit (maklum namanya juga keluarga). Secara tidak langsung aku merasakan sendiri investasi waktuku untuk bertumbuh baik dalam hal rohani dan karekter, dan aku senang.       Mamah adalah orang yang baik, rajin dan ramah walaupun dia selalu dikelilingi oleh pikiran negatifnya tentang apapun, tetapi no worry, because nobody is perfect, right? Papah adalah seorang yang kaku tetapi moderen, dia cukup gengsi dan keras kepala, tetapi dia adalah seorang pekerja keras dan cukup waras pikirannya. Adikku perpaduan antara keduanya.hahaha. Tetapi yang membuatku bangga dan bersukacita lagi adalah kedua orang tuaku dan adikku selalu terbuka terhadap Firman Tuhan dan rindu untuk terus memuji dan mengucap syukur pada All...

Sekolah Sepi #2

Aku merasa semua memori menyerangku bertubi-tubi ketika aku menginjakkan kaki tepat di gerbang sekolah dasarku dulu. Gerbang yang sebenarnya dulu jarang aku lewati karena selama bersekolah di situ aku selalu datang terlambat jadi selalu lewat gerbang belakang dan bersiap untuk menerima hukuman dari guru. Hampir semua jenis hukuman sudah aku rasakan, mulai dari yang ringan hanya berdiri dengan posisi hormat di depan tiang bendera. Sampai saat ini aku masih bertanya-tanya kenapa harus ada hukuman seperti itu, aku tidak merasakan ada sesuatu yang aku harus pelajari selain menggerutu karena kepanasan dan lengan yang lelah. Atau hukuman menjadi pemimpin senam di depan, awalnya aku malu tetapi hukuman ini lebih berfaedah, selain aku menjadi lebih sehat, aku juga kecipratan menjadi terkenal saat itu. Atau membersihkan taman sekolah dari sampah dan rumput liar. Atau membersihkan toilet umum sekolah yang tidak perlu ditanyakan kondisinya yang sangat memprihatinkan, aku sering kehilangan selera ...

Free from Earning God's Love

Maybe we grew up being taught that God would love us more if we did something or we didn't do something. Such as, God will love us more if we do good to everybody. But the truth is God doesn't love us more if we re never been addicted to drugs, or if we've never slept around or never had an abortion, God doesn't love us more than the people who have done all those things.  He doesn't love us more because we give generously, or we are a great leader or we re a best employee or a gifted teacher, or we scored the most points. We re free from earning God's love. When we begin to understand his love and acceptance, it releases us from fearing what other people think.  Just come boldly to Him by His Grace as he said, Come to me, all you who are weary and burdened, and I will give you rest. Take my yoke on you and learn from me, because I am gentle and humble in heart, and you will find rest for your souls. For my yoke is easy to bear, and my load is not har...