Hidup itu tidak pernah sama, miliaran orang di muka bumi ini memiliki jalan kehidupannya masing-masing. Memiliki pilihan masing-masing. Tidak pernah akan sama. Kenapa ya ketika melihat kehidupan orang lain, aku selalu merasa ingin merasakan menjadi seperti mereka. Setiap hari aku selalu bertanya di dalam kepala dan benakku, kenapa jalan hidupku seperti ini. Kenapa aku tidak bisa seperti orang-orang pada umumnya yang sepantaran usianya sepertiku. Di usiaku ini seharusnya aku sudah memiliki pekerjaan mapan, menikah, menyenangkan orang tua dan keluarga. Tetapi aku belum bisa. Terkadang aku merasa gagal, apa yang telah kulakukan selama ini? Kenapa jalan-jalan yang kupilih rasanya jauh dan lambat. Kita seharusnya tidak membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain, kita harus bersyukur untuk apapun yang kita miliki. Ya aku setuju, tetapi kenapa ya aku selalu saja tergoda untuk memimpikan kehidupan orang lain. Andai saja aku seperti dia, andai saja aku memilih jalan seperti dia, andai
Dia hanya memandangku sebagai seorang adik, tidak lebih. Apalagi saat ia mengingat permintaanku waktu ia mengikuti program pertukaran pelajar ke Amerika. Aku sangat ingat, di hadapan teman-temannya, ia memberikanku sebuah daun. Pada waktu itu aku merasa sangat senang, senang karena aku mendapat oleh-oleh dari negeri paman Sam, tetapi aku juga sangat senang karena ia mengingatku. Sangat jarang sekali ada orang yang mengingat permintaanku. Itu sangat berarti untukku, membuatku bermimpi bahwa suatu saat aku akan memeluk pohon daun tersebut. Aku masih menyimpan daun itu hingga kini, aku beri label nama negara dan nama pemberi daun itu. Aku penasaran apakah ia masih mengingatnya? setelah lulus SMA, aku pindah ke kota lain dan memulai hidup baruku sebagai anak kuliahan, aku tidak pernah berhubungan lagi dengannya. Kami hanya berteman melalui sosial media dan tidak pernah berinteraksi apapun selain saling melihat atau menyukai gambar/video yang dipos. Aku dari awal tidak mengharap lebih dari